Featured post

Pemahaman yang keliru bahwa pemerintah Indonesia sangat kuat di tanah West Papua

Coba lihat kekuatan kita West Papua dan kelemahan Indonesia yang kami sajikan ini . 1. Pertama' kita tidak sadar bahwa . Kemerdekaan Wes...

Search This Blog

slider

Saturday, June 7, 2025

PLAGIARISME DISERTASI; TIDAK BERMORAL DAN BERETIKA; MENGUNDURKAN DIRI DARI METERI

Plagiarisme Disertasi di Jerman dan negara-negara yang menunjung tinggi Etika dan Moral adalah masalah serius. Di negara Bunder Republik Jerman dua orang menteri telah mengundurkan diri dari jabatan Menteri karena terbukti plagiasi Disertasi mereka. 

1. Karl-Theodor zu Guttenberg. 

Karl-Theodor zu Guttenberg, seorang jenderal yang menduduki jabatan Menteri Pertahan Jerman sejak Oktober 2009. Dia mengundurkan diri karena masalah plagiarisme dalam disertasi doktoralnya berjudul Verfassung und Verfassungsvertrag (Konstitusi dan Kontrak Konstitusional). Disertasi tersebut diajukan di Universitas Bayreuth pada tahun 2006 dan kemudian dipublikasikan pada tahun 2009.

Skandal ini terungkap setelah detektif internet menemukan bahwa sebagian besar isi disertasi Guttenberg merupakan salinan dari karya orang lain tanpa menyebutkan sumbernya. 

Meskipun awalnya Guttenberg membantah tuduhan tersebut dan mengklaim bahwa kesalahan tersebut tidak disengaja, Universitas Bayreuth akhirnya mencabut gelar doktoralnya pada 23 Februari 2011. Universitas menyatakan bahwa disertasi tersebut tidak memenuhi standar ilmiah yang benar, meskipun tidak secara eksplisit menyebutnya sebagai plagiarisme.

Pada 1 Maret 2011, setelah gelar doktoralnya dicabut dan mendapat tekanan publik yang besar, Guttenberg mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan Menteri Pertahanan, anggota Bundestag (anggota DPR), dan semua jabatan politik lainnya. Ia menyatakan bahwa keputusan tersebut merupakan langkah paling pahit dalam hidupnya dan mengakui bahwa ia telah melakukan kesalahan serius.

Skandal ini mendapat perhatian luas di Jerman dan internasional, dan Guttenberg dijuluki dengan nama-nama seperti "Baron Cut-and-Paste" dan "Zu Copyberg" oleh media dan publik Jerman.

2. Annette Schavan. 

Annette Schavan adalah Menteri Pendidikan Jerman yang menduduki jabatan Menteri Pendidikan sejak 22 November 2005 – 14 February 2013. Annette Suhavan mengundurkan diri dari Jabatan Menteri Pendidikan pada tahun 2013 setelah gelar doktornya dicabut oleh Universitas Heinrich Heine di Düsseldorf. Karena ia telah terbukti melakukan plagiarisme dalam disertasinya yang berjudul Person und Gewissen.  Schavan membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa ia tidak pernah melakukan plagiarisme.  Tetapi, secara akademik terbukti dan gelar Doktornya dicabut oleh universitas.

3. Bahlil Lahadalia 

Di Indonesia seorang Menteri Pertambangan dan Energi bernama Bahlil Lahadalia menjadi sorotan publik karena disertasinya dituduh telah melakukan Plagiarisme. Universitas Indonesia tempat dimana yang bersangkutan kuliah menyatakan Disertasinya tidak memenuhi standar ilmiah secara akademik, karena itu yang bersangkutan diminta untuk diperbaiki. Keputusan ini telah menuai polemik dan kritik dimana-dimana, sebagian akademisi dan anggota dewan guru besar UI mendesak untuk membatalkan Disertasi dan mencabut gelarnya. Tetapi, rektor UI memutuskan yang bersangkutan belum selesai dan bisa diperbaikinya.  

Orang dengan latar belakan akademiknya permasalah baik secara moral dan etika pasti akan menciptakan berbagai kegaduhan, kerusakan dan kehancuran dalam berbagai dimensi kehidupan manusia. Hal itulah telah dilakukan dalam berbagai keputusan selama ini. Dia melakukan kegaduhan dengan menaikan harga elpiji hingga menciptakan kekacauan dan kerusakan di Raja Ampat hari ini. 

Mari kita belajar negara Jerman dari kasus, Karl-Theodor zu Guttenberg dan Annette Schavan. Meskipun mereka bersalah dalam skandar plagiarisme, tetapi mereka dengan jiwa besar menyatakan bersalah dan mengundurkan dari dari jabatan publik. Etika dan moral mereka jauh lebih baik dari Menteri Indonesia yang rendah etika dan moralnya.

Di Jerman tekanan publik sangat kuat mendesak pejabat yang tidak bermoral dan etika seperti itu dengan berbagai langkah, seperti media masa, pendapat publik dan petisi yang mendesak mengundurkan diri. Bagaimana dengan Meteri yang bermasalah di Indonesia, perlukah tekanan publik seperti itu dengan refleksi kasus Raja Ampat?

No comments:

Post a Comment