Featured post

6 Tips for Growing Avocado in a Pot and for it to bear fruit 🥑

1. Master Germination Clean the seed, prick with toothpicks, place in water, and wait for germination. 2. Potting Matters Use a ...

Search This Blog

slider

Saturday, October 5, 2024

6 Tips for Growing Avocado in a Pot and for it to bear fruit 🥑

1. Master Germination
Clean the seed, prick with toothpicks, place in water, and wait for germination.

2. Potting Matters
Use a manageable pot indoors if temperatures drop below 10ºC (50ºF).

3. Optimal Growing Environment
Use an acidic substrate mix (peat, coconut fiber, earthworm humus) with perlite for aeration.

4. Essential Care Guidelines
Protect from cold, manage heat, ensure proper watering and drainage.

5. Fertilization
Fertilize in spring and summer with earthworm humus.

6. Pruning for Success
Prune at one year old to encourage branching and healthy growth.

Tuesday, October 1, 2024

Garlic, tomatoes and cucumbers will grow rapidly

The most powerful fertilizer.
Ingredients:
1 tablespoon of active dry yeast
1 tablespoon of sugar
1 liter of warm water
Instructions:
Dissolve the sugar in warm water.
Add the yeast and stir well.
Let the mixture sit at room temperature for 24-48 hours, stirring occasionally, until it becomes bubbly and starts to ferment.
Application:
Dilute the fermented yeast water with water at a ratio of 1:10 (one part yeast water to ten parts water).
Use the diluted yeast water to water your plants at the base, focusing on the root zone.
Apply once every two weeks during the growing season for best results.
By incorporating yeast water into your gardening routine, you can provide a natural and powerful boost to your garlic, tomatoes, cucumbers, and other plants, promoting rapid and healthy growth.

Sunday, September 29, 2024

Growing peanuts: Everything you need to know to grow your own peanuts

1. Select a Planting Location:
Sunny spot with well-drained, sandy loam soil.
Requires 6-8 hours of sunlight daily.
2. Prepare the Soil:
Slightly acidic soil (pH 5.8-6.2).
Loosen soil to 12 inches deep; mix in compost.
3. Planting:
After the last frost, when soil is above 65°F (18°C).
Sow 1-2 inches deep, 4-6 inches apart in rows 24-30 inches apart.
4. Watering:
Keep soil consistently moist but not waterlogged.
Water at the base of plants.
5. Mulching:
Apply mulch to retain moisture, suppress weeds, and regulate temperature.
6. Fertilizing:
Use balanced or low-nitrogen fertilizer.
Fertilize at planting and midway through the season.
7. Pest and Disease Management:
Monitor for pests like aphids and root-knot nematodes.
Ensure good drainage to prevent fungal diseases.
8. Supporting Plants:
Peanuts usually don’t need staking; allow space for vines to spread.
9. Harvesting:
Ready 120-150 days after planting, when leaves yellow and plant dies back.
Dig plants gently and remove peanuts from roots.
10. Curing and Storing:
Cure in a warm, dry, ventilated area for 2-3 weeks.
Store in airtight containers in a cool, dry place; freeze for long-term storage.

Saturday, September 28, 2024

Percobaan Membuat Pupuk Organik Cair (POC) dari Kulit Buah dan Sisa Sayur

Daripada dibuang begitu saja menjadi sampah, lebih baik mengolah sisa buah, kulit buah dan sayur menjadi pupuk organik cair. Zeze Zahra melakukan ujicoba pembuatan POC dengan mengacu pada beberapa literatur. Alat yang digunakan adalah galon bekas berkapasitas 15 liter.

Bahan-bahan yang diperlukan:

1. Kulit buah dan sisa sayur (1-1.5 kg)
2. Air cucian beras (12 liter)
3. EM4 untuk pertanian (10 tutup botol)
4. Gula pasir (200 gram), bisa diganti dengan tetes tebu (molase)

Langkah-langkah:

1. Potong kulit buah dan sisa sayur kecil-kecil, jika perlu diblender
2. Larutkan gula atau aduk molase dengan air, lalu tambahkan kulit buah dan EM4 ke dalam botol.
3. Aduk rata, tutup rapat, dan simpan di tempat teduh.
4. Buka tutup botol setiap hari untuk melepaskan gas.

Biasanya butuh waktu 14 hari agar POC siap digunakan. Untuk takaran penggunaan bisa menggunakan takaran 1:10, jadi 1 liter POC dicampur dengan 10 liter air.

Thursday, September 26, 2024

Generasi Arus Balik: Mengembalikan Identitas, Merajut Masa Depan

Oleh. GASPER TABUNI Aktif Transformasi Kunume Wene . 

Kolonialisme telah meninggalkan bekas mendalam pada masyarakat adat (MAdat), mengikis identitas kultural dan menciptakan ketergantungan sistematis. Namun, fenomena "Generasi Arus Balik" muncul sebagai gelombang kebangkitan yang menjanjikan. Generasi ini, yang tumbuh di tengah arus modernisasi, justru menemukan kembali akar budayanya dan mempertanyakan narasi dominan yang selama ini diterima sebagai kebenaran.

Pendidikan formal dan doktrin keagamaan yang diadopsi dari sistem kolonial sering kali menjadi alat hegemoni budaya, menanamkan inferioritas pada masyarakat adat. Generasi Arus Balik mulai membongkar lapisan-lapisan indoktrinasi ini, mengungkap kontradiksi antara nilai-nilai luhur yang diajarkan dengan realitas eksploitasi yang terjadi. Proses dekonstruksi ini membuka jalan bagi penemuan kembali kearifan lokal yang selama ini terpinggirkan.

Kunume, rumah adat tradisional, menjadi simbol penting dalam gerakan revitalisasi ini. Lebih dari sekadar bangunan fisik, Kunume merepresentasikan sistem pengetahuan holistik yang mencakup aspek spiritual, lingkungan, ekonomi, sosial, dan ekologis. Menghidupkan kembali fungsi Kunume sebagai pusat pembelajaran dan transmisi budaya menjadi langkah krusial dalam memperkuat identitas kolektif.

Dekolonisasi tidak berhenti pada tataran wacana, tetapi harus diimplementasikan dalam sistem pendidikan, ekonomi, dan tata kelola. Pengembangan kurikulum berbasis kearifan lokal, model pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, serta perjuangan pengakuan hak-hak adat menjadi agenda utama Generasi Arus Balik. Tujuannya bukan menolak modernitas secara total, melainkan menciptakan sintesis yang harmonis antara tradisi dan kemajuan.

Slogan "Kembali ke akar (Kunume) untuk menyelamatkan masa depan" merefleksikan visi Generasi Arus Balik. Warisan budaya dipandang bukan sebagai artefak statis, melainkan sebagai sumber daya dinamis yang vital bagi kelangsungan hidup di era global. Dengan memahami dan menghargai kearifan leluhur, generasi ini berupaya membangun masa depan yang lebih adil, berkelanjutan, dan berakar pada nilai-nilai lokal.

Gerakan Arus Balik ini menghadapi tantangan besar, mulai dari tekanan ekonomi global hingga skeptisisme internal. Namun, momentum kebangkitan kultural ini membawa harapan baru. Melalui dialog antargenerasi, kolaborasi lintas sektor, dan adaptasi kreatif terhadap teknologi modern, Generasi Arus Balik berpotensi menciptakan model pembangunan alternatif yang lebih membumi dan manusiawi.

Pada akhirnya, Generasi Arus Balik tidak sekadar tentang kembali ke masa lalu, tetapi tentang merajut masa depan dengan benang-benang kebijaksanaan leluhur. Ini adalah upaya kolektif untuk mendefinisikan kembali makna kemajuan dan kesejahteraan dalam konteks kultural yang otentik. Dalam pusaran perubahan global yang semakin cepat, gerakan ini menawarkan jangkar identitas yang kokoh sekaligus kompas moral untuk navigasi ke masa depan yang lebih cerah.

Rekomendasi Pemimpin Hari ini harusnya perhatikan hal-hal ini! 

Keterangan Gambar:
Orasi ilmiah Tranformasi Kunume Wene di era industri 4.0 menuju Society 5.0 dalam Wisuda Universitas Baliem Papua . Kala itu masih status sebagai STMIK Agamua Wamena di Gedung Ukumearek Asso, Wamena Papua Pegunungan. 

#KunumeWene
#KunumeWone
#KurumbiWone
#BalimFilosofi
#MataHatiBalim
#Wenenu
#Honai
#Mbilamo
#Kunume
#GenerasiArusBalik
#WestPapua
#Balim

@sorotan

Wednesday, September 25, 2024

Grow What You Eat and Eat What You Grow

TEACHING MOMENT 👇
grow what you eat and eat what you grow
Caps IBRAHIM TRAORÉ

Efficient Watering with the Chapin Bucket

Revolutionizing Small-Scale Agriculture 💙 

The Chapin Bucket consists of a large, sturdy plastic bucket with several carefully designed features that maximize its efficiency in distributing water to crops. Its key components include a sealed lid with a handle, a series of strategically placed holes, and a hose attachment. The principle behind the Chapin Bucket is both simple and effective: it utilizes gravity to provide a steady and controlled flow of water to the plants.
Here’s how the Chapin Bucket works:
Water Source: The farmer fills the bucket with water from a nearby source, such as a well or a river.
Sealed Lid: The sealed lid prevents evaporation and contamination of the water, ensuring that it remains clean and ready for irrigation.
Hose Attachment: The hose attachment at the base of the bucket allows the farmer to connect a hose of varying lengths, depending on the distance between the water source and the crops.
Controlled Distribution: As the bucket is elevated on a stand or hung from a tree branch, gravity forces water to flow steadily through the strategically placed holes in the bucket’s bottom. The farmer can control the flow rate by adjusting the size and number of holes or by raising or lowering the bucket.
The advantages of the Chapin Bucket are numerous:
Affordability: One of the most significant advantages is its low cost. The Chapin Bucket can be assembled from readily available materials, making it affordable for even the most resource-constrained farmers.
Simplicity: The design is straightforward and user-friendly, requiring minimal training. Farmers can easily construct and maintain their Chapin Bucket systems.
Efficiency: The controlled distribution of water minimizes waste and ensures that each plant receives an adequate amount of water. This efficiency can lead to increased crop yields.
Accessibility: The Chapin Bucket can be used in various farming scenarios, from small family plots to community gardens and larger agricultural endeavors.
Sustainability: By conserving water and reducing the need for manual labor, the Chapin Bucket contributes to more sustainable agricultural practices.
Empowerment: Small-scale farmers can take control of their irrigation needs and reduce their dependency on unpredictable weather conditions.