Featured post

Petrus Kinggo, seorang tokoh adat dari Suku Mandobo Menyesal Sampai Mati

Pada tahun 2015, Petrus Kinggo, seorang tokoh adat dari Suku Mandobo, mengambil keputusan yang hingga hari ini ia sesali. Saat i...

Search This Blog

slider

Thursday, June 19, 2025

Dr Ibrahim Peyon: Pantai versus Gunung


Berdasarkan kajian antropologi, leluhur orang Papua tercipta /diciptakan oleh penciptanya di suatu tempat. Dari tempat itu mereka berkembang dan tersebar dan terbentuk berbagai etnik, bahasa dan budaya sebagai proses evolusi, adaptasi dan akulturasi. Berbagai penelitian antropologi menjelaskan suku-suku yang mendiami di bagian timur dari pulau ini (PNG) mengatakan leluhur mereka bergerak dari barat ke Timur. Kelompk-kelompok suku yang mendiami di provinsi Oro, Port Moreby, dan Milme mengatakan keluhur mereka bergerak dari barat ke timur, dan mereka muncul di gunung Gunumini yang oleh orang asing disebut Owen Stanley di belakang ibu kota Moresby sekarang, dari sana mereka bergerak ke selatan, ujun pulau ini. Studi arkeologi juga temukan mereka mendiami wilayah itu 30.000 tahun lalu, tempat perpindahan ketiga dari situs Gunumini. Ahli linguisti, Wurd juga menjelaskan bahasa Papua bergerak dari barat ke Timur di wilayah itu dan berusia 30. 000 tahun.

Suku-suku Papua yang mendiami di wilayah selatan baik West Papua maupun PNG menjelaskan leluhur mereka turun dari dataran tinggi melalui sungai-sungai besar yang ada. Kisah tersebut dibuktikan dengan studi arkelogi di beberapa wilayah seperti Teluk Papua dan suku-suku di muara sungai Fly, hingga pulau-pulau di Selat Tores. Bukti arkeologi menyatakan suku-suku ini mencapai wilayah ini 300 tahun lalu, leluhur mereka turun dari wilayah pegunungan melalui sungai fly dan Muraya Suku-suku yang mendiami di wilayah utara mulai dari Huon, Sandauan, dan sepanjang aliran Sepik juga mengatakan leluhur mereka berasal dari dataran tinggi.

Kesamaan karakteristik ini juga dideskripsikan oleh antropolog yang melakukan studi etnografi pada suku-suku di Mamberamo, wilayah Jayapura, hingga ke Nabire. Demikian juga suku-suku yang mendiami di bagian barat dataran tinggi seperti Hubula, Lani, Moni, Damal hingga Mee, mereka mengakui leluhur mereka berasal dari bagian timur.

Di Wilayah Kerom, Jayapura hingga Sarmi, dalam berbagai studi etnografi menjelaskan pandangan yang sama, seperti suku Elseng yang mengakui leluhur mereka turun dari arah Oksibil, dan suku-suku yang mendiami dataran dan pebukitan wilayah ini. Elseng secara etnik populasi mereka sedikit, tetapi secara geografis suku yang memiliki wilayah sangat luas, mulai dari Teluk Yotefa hingga Mamberamo. Wilayah suku ini mencakup Kabupaten Jayapura, Kerom dan kota Jayapura. Diyakini suku ini sebagai suku asli tertua di wilayah kota ini.

Sebagian suku-suku di sekitar Danau dan Teluk Yotefa hingga ke perbatasan RI-PNG mereka memiliki afiliasi kuat secara antropologi dengan masyarakat di Sepik Barat. Dalam berbagai kisah menjelaskan mereka bermigrasi dari Sepik Barat ke arah barat dan menduduki sebagian wilayah di Kota Jayapura dan Sentani. Misalnya, orang Sentani bergerak dari timur ke barat, mereka masuk dan mendiami tanah Buyakha saat ini, demikian juga suku-suku di Teluk Yotefa.

Secara internal baik suku maupun klan-klan ini terus bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain, misalnya, beberapa klan yang dulunya mendiami pemukiman di perbukitan di sebelah Timur pantai Holtekam, dimana bukit ini dikenal dengan nama gunung Rollo. Beberapa klan-klan ini tinggalkan pemukiman mereka di bukti Rollo dan turun ke lembah yang kini disebut Skow. Mereka diterima oleh Ondoafi Patipeme dan masyarakat Skow untuk tinggal bersama dan memberikan hak mengatur keamanan untuk jaga kampung ini oleh Ondoafi tersebut sebagai penguasa asli di kampung tersebut. Meskipun, sejarah demikian dalam praktiknya, sering menimbulkan ketegangan dalam perebutan sumber daya khususnya status tanah di wilayah lembah sekitar Goya dan Skow, dimana Rollo lebih banyak memainkan peran dalam transaksi tanah ketimbang Patipeme sebagai Ondoafi besar dan ahli waris di wilayah tersebut.
Demikian juga, semua suku-suku di New Guinea terbentuk oleh proses evolusi, adaptasi alam dan budaya, akulturasi dengan kebudayaan lain dan proses migrasi internal. Karena itu, ditemukan banyak kesamaan secara fenotipe dan genotipe, morfologi, linguistik, budaya, kesamaan dan kemiripan nama-nama klan.

Singkatnya adalah orang Papua satu kelurga dan etnik-etnik di Papua terbentuk proses evolusi, adaptasi, dan akulturasi.

Kira-kira begitu catatan buat Bpk Walikota Jayapura.

No comments:

Post a Comment