Di tengah zaman yang penuh ketidakpastian, banyak orang mencari cara untuk menjaga nilai harta mereka. Emas jadi salah satu jawabannya. Nilainya terus naik dari tahun ke tahun, dan hari ini bahkan menyentuh angka Rp1,7 juta per gram. Tapi tahukah kamu, jauh sebelum investasi emas jadi tren masa kini, ada satu keluarga di Tanah Batak yang sudah melakukannya sejak ratusan tahun lalu?
Namanya Sisingamangaraja—trah raja yang memimpin Negeri Toba sejak abad ke-16. Mereka bukan hanya penguasa, tapi juga pedagang ulung. Satu komoditas yang jadi sumber kekayaan mereka: kapur barus. Kala itu, kapur barus adalah barang mahal yang diburu pedagang dari Arab, India, hingga Eropa. Tak heran, kekayaan mengalir deras ke istana raja.
Namun yang menarik, kekayaan itu tidak dihamburkan. Dari Sisingamangaraja I (1530) hingga Sisingamangaraja XII (1876), semuanya punya kebiasaan yang sama: menabung emas dan perhiasan. Tak hanya emas batangan, tapi juga koleksi langka seperti blue diamond dari Ceylon dan intan-intan besar yang dibawa melalui pelabuhan Barus. Bahkan, ada catatan bahwa intan mereka sebesar telur burung!
Lama-lama, harta ini menumpuk menjadi warisan lintas generasi. Tapi tak ada yang menyangka, semuanya akan lenyap dalam sekejap.
Tahun 1818, pasukan Padri menyerbu wilayah Sisingamangaraja. Dalam serangan itu, 17 kuda digunakan untuk mengangkut emas rampasan dari kerajaan. Jika satu kuda membawa 60 kg, maka totalnya sekitar 1 ton emas. Dengan harga saat ini, nilainya mencapai Rp1,6 triliun.
Beberapa harta kerajaan sempat diselamatkan. Dimasukkan ke dalam wadah penanak nasi besar dan disembunyikan di tempat rahasia. Tapi tidak semuanya berhasil diamankan. Setelah Sisingamangaraja XII tewas di tangan Belanda, kisah kerajaan pun berakhir, dan begitu juga dengan jejak harta mereka.
Konon, sebagian perhiasan kerajaan bahkan sempat dibawa hingga ke Inggris, lalu dijual kepada bangsawan, dan diyakini menjadi bagian dari perhiasan Ratu Victoria.
Kisah ini bukan sekadar dongeng tentang kekayaan yang hilang. Ini adalah pelajaran tentang warisan, kehati-hatian, dan pentingnya menjaga nilai di tengah perubahan zaman. Satu ton emas hasil menabung selama tiga abad… bisa hilang dalam satu hari.
---
Disclaimer :
Tulisan ini merupakan ulasan sederhana terkait fenomena bisnis atau industri untuk digunakan masyarakat umum sebagai bahan pelajaran atau renungan. Walaupun menggunakan berbagai referensi yang dapat dipercaya, tulisan ini bukan naskah akademik maupun karya jurnalistik.
sc : cnbc indonesia
No comments:
Post a Comment